Laman

Laman

Sabtu, 25 Oktober 2014

Usaha Meredam Kasus Gigitan Monyet di Lempuyang, 11 Monyet Dieleminasi Sisanya Akan Dimandulkan

AMLAPURA – Kasus gigitan monyet di Kawasan Suci Pura Lempuyang Luhur, Banjar Purwayu, Desa Tri Buana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem tidak terdengar lagi. Sejak kasus gigitan terakhir yang memakan korban seorang pecalang bernama Gede Parsa pada Kamis (28/8) silam, praktis berita tentang keganasan monyet di Lempuyang mereda. Walaupun demikian, pihak Desa Adat Purwayu selaku pengempon Pura Lempuyang tidak berhenti untuk melakukan pengamanan terhadap para pemedek yang datang untuk sembahyang ke Pura Sad Kahyangan tersebut. Pihak Desa Adat pun tidak berhenti untuk mencari berbagai macam solusi baik secara skala dan niskala agar kondisi kembali kondusif dan tidak ada lagi bencana akibat kasus gigitan Monyet Lempuyang yang sampai saat ini tercatat sudah menelan korban 35 kasus gigitan.
Tidak adanya tambahan kasus gigitan monyet galak di Lempuyang kemungkinan tidak terlepas dari keberhasilan pihak juru boros (pemburu) yang disewa oleh pihak desa adat. Diketahui bahwa juru boros dengan perangkap Jebagnya berhasil menangkap lalu mengeliminasi 11 monyet yang dicurigai menggigit para pemedek. Ketika dikonfirmasi tetang hal itu, Bendesa Adat Purwayu, I Nyoman Jati menyampaikan bahwa untuk saat ini memang kasus gigitan monyet di Lempuyang sudah tidak ada lagi. Namun pihaknya tidak berani menjamin kasus serupa tidak terulang kembali. “Mudah-mudahan tidak terulang lagi, karena kasus gigitan sudah banyak” Ujarnya yang menyampaikan sudah 35 kasus gigitan yang tercatat sejak tahun 2013.
Nyoman Jati tidak berani mengatakan kalau penyebab tidak ada kasus gigitan lagi karena telah berhasil mengeliminasi 11 monyet yang dicurigai menggigit para pemedek. “Saya tidak berani mengatakan kalau kasus gigitan berhenti karena 11 monyet sudah dibunuh” ungkapnya. Pihaknya mengaku terus akan melakukan upaya apapun agar kasus gigitan tidak ada lagi termasuk mepinunas (meminta petunjuk) secara niskala.
Kilas balik, Nyoman Jati menuturkan bahwa monyet-monyet yang terperangkap masuk jebag tersebut dibunuh karena terlihat agresif dan galak saat didekati. “Sebelas monyet yang dibunuh itu karena galak dan agresif sehingga dicurigai warga sebagai monyet yang menggigit para pemedek” ujarnya Nyoman Jati. Sementara monyet yang tidak galak dan terlihat polos kembali dilepaskan. Pihaknya pun mengaku tidak berani sembarangan membunuh mengingat di Lempuyang merupakan kawasan suci. Ile-ile nanti bisa sisip (kualat). Disampaikan bahwa ke-11 Monyet yang dieleminasi tersebut sudah diupacarai agar tidak terjadi sisip (kualat) dengan Ida Sesuunan di Pura Lempuyang. “Kami tidak berani gegabah dalam membunuh monyet di Lempyang karena merupakan kawasan suci, kami sudah lakukan upaca terhadap monyet-monyet yang dibunuh tersebut agar tidak kesisipan” akunya.
    Kendati sekarang sudah reda namun pihaknya mengaku juga berencana untuk menambah lagi jebag untuk memperoleh lebih banyak monyet. Pihaknya melakukan hal tersebut untuk menangkapnya dan memeberikannya obat mandul. Hal tersebut dilakukan bekerjasama dengan dinas perternakan. “Kami akan melakukan kerjasama dengan dinas peternakan untuk memndulkan beberapa monyet yang berhasi ditangkap” ungkapnya. Upaya pemandulan itu dilakukan karena perkembangan populasi monyet di Lempuyang sudah sangat padat. Dipaparkan bahwa dulu tidak lebih dari seratus monyet yang ada di Lempuyang, Namun belakangan sudah lebih dari 1000 monyet yang tersebar di Lempuyang. Jumlah yang meningkat tersebut membuat persaingan mencari makanan semakakin kecil. Sementara para pemedek yang memeberikan makanan cenderung jumlahnya tetap. Oleh sebab itu, upaya mandulkan monyet dilakukan untuk menstabilkan jumlah pupulasi sehingga persaingan mendapatkan makanan semakin kecil dan kasus monyet yang menyerang dan menggigit pemedek tidak ada lagi. 


0 komentar:

Posting Komentar