AMLAPURA – Krama
Subak Bekukih di Dusun Bias, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem menuntut
kepada PDAM Karangasem agar kembali mengalirkan air ke pipa irigasi yang
mengaliri sawahnya. Warga Subak tersebut mengaku sudah hilang batas kesabaran
sejak tahun 2007 air yang semestinya dialirkan ke sawah-sawah mereka malah
dikomersilkan ke daerah lain sehingga sawah yang luasnya lebih dari 200 hektare
tersebut menjadi kekeringan. Warga bahkan mengaku sudah beberapa kali
“digantung” oleh pihak PDAM ketika menanyakan permasalahan tersebut sampai
akhirnya warga berinisiatif mengandakan pertemuan dengan direktur PDAM untuk
mendengarkan keluhan warga.
Warga mengancam akan melinggis reserfoar Blegondang
yang terletak di Dusun Bias, Desa Ababi jika tidak ada pihak dari PDAM yang
datang menemui warga. Pertemuan antara krama subak Bekukih dengan PDAM pun
berlangsung di Dusun Bias, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Senin (17/11) kemarin
yang juga dihadiri oleh Perbekel Desa Ababi, Ketut Sujana. Namun sayang
direktur PDAM, I Gede Baktiayasa yang diharapkan untuk datang berhalangan
hadir, pihaknya hanya mewakilkan stafnya untuk bertemu dengan Warga.
I Ketut Semadiyasa
yang merupakan perwakilan warga subak menyampaikan bahwa 212 krama Subak
Bekukih selama ini sudah terlalu sabar menunggu realisasi dan janji dari pihak
PDAM untuk mengalirkan air ke areal sawah-sawah krama subak Bekukih. Semadiasa
yang juga wakil ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Ababi tersebut
menyampaikan bahwa reserfoar air Blegondang yang berada di wilayahnya dulu
mengaliri sawah mereka dengan baik. Masalah baru muncul ketika ada sambungan
pipa baru yang diminta oleh Bupati Wayan Geredeg untuk mengalirkan air ke
wilayah Seraya, Kecamatan Karangasem. “Dulu kami berikan air itu (Air
Blegondang) dibagi ke wilayah Seraya karena kami memiliki rasa kemanusiaan
untuk membantu masyarkat Seraya yang kekeringan” ujarnya. Namun belakangan diketahui
ternyata air Blegondang tersebut tidak mengalir ke Seraya namun malah dialirkan
ke wilyah kota Karangasem untuk kepentingan bisnis PDAM. “Belakangan kami tahu
ternyata air (Blegondang) tidak dialirkan ke Seraya tapi dikomersilkan untuk ke
wilayah Kota, ini kan sudah lepas dari esensi kemanusiaan tapi orientasi
bisnis” ungkapnya.
Keliang subak Bekukih, Ketut Dana menyampaikan ternyata penyebab
subak mereka tidak mendapatkan air karena PDAM yang menyegel aliran air ke
subak mereka. Sebab dirinya bersama krama subak sempat mengecek ke DAM
Reserfoar Blegondang ternyata air pipa ke subak bekukih disegel sehingga aliran
airnya tertutup. “Kami awalnya menduga ada sedimen atau endapan yang mengganjal
di pipa sehingga air tidak mengalir, namun setelah kami buka segel dengan paksa
ternyata air mengalir artinya air yang mengalir ke pipa kami (pipa subak)
memang sengaja ditutup” ungkapnya. Oleh karena itu, pihaknya mewakili warga
agar secepatnya PDAM kembali mengalirkan air ke sawah-sawah mereka karena sudah
memasuki musim tanam. “Kami minta kembali agar air yang mengaliri pipa untuk
subak kami dibuka kembali, kami beri waktu 4 hari, kalau ini tidak ditanggapi
kami terpaksa mencari cara lain kami akan menghadap Bupati karena dulu beliau
yang berjanji memberikan kami satu pipa sehingga kami setuju untuk air
blegondang disedot dan dialirkan ke Seraya” jelasnya. Pihaknya tidak ingin
seperti ayam yang mengeram di lumbung padi namun harus mati kelaparan sementara
ayam-ayam di luar malah hidup senang menikmati padi di lumbung. “Sangat tidak
adil jika kami yang tinggal di wilayah yang memiliki air namun harus kekurangan
air karena air malah dibawa ke daerah lain” ujarnya.
Sementara itu, dari pihak PDAM yang bertemu dengan warga adalah Kabag
Administrasi Umum PDAM Karangasem, Ni Putu Dharmawati, Kepala Seksi Seksi
Produksi PDAM Karangasem, Budi Utomo. dan Kepala PDAM unit Abang, Wayan Parsa.
Kabag Administrasi Umum PDAM Karangasem, Ni Putu Dharmawati menyampaikan
pihaknya belum bisa memberikan keputusan apapun kepada warga karena masih perlu
melakukan koordianasi dengan pimpinnya yaitu direktur PDAM. “Maaf karena pak
direktur masih ada tugas teknis di denpasar nanti masukan bapak-bapak akan saya
sampaikan kepada beliau” ujarnya. Sementara Wayan Parsa memberikan jawaban yang
lebih memberikan penjelasan kepada warga bahwa warga tidak mendapatkan air
karena memang debit air yang menurun. “Kondisi debit air sekarang sudah menurun
dari awalnya 40 liter perdetik sekarang masih 12 liter perdetik” ujarnya.
Pihaknya pun tidak bisa sertamerta memenuhi tuntutan warga untuk mengalirkan
air ke subak karena jika itu dilakukan maka pelanggan yang ada di Ababi dan
Kota Karangasem akan kekurangan air. “Kami seperti memakan buah simalakama,
Kalau air ke pipa Subak kami alirkan pelanggan kami yang mati, kalau pipa ke
pelanggan kami alirkan maka bapak selaku warga subak yang mati” ujarnya.
Pihaknya pun mengaku masih memikirkan solusi yang terbaik untuk mengatasi
masalah ini. Pihaknya menyanggupi tuntutan warga dalam waktu 4 hari akan
memepertemukan dengan direktur PDAM, I Gede Baktiyasa.
0 komentar:
Posting Komentar