AMLAPURA – Sekitar 50 orang supir truk yang biasa mengambil pasir dan batu di galian C
di Desa Sebudi, Kecamatan Selat beramai-ramai mendatangi kantor Mapolsek Selat,
Minggu (16/11) siang. Massa yang mengatasnamakan persatuan supir truk galian
tersebut geram lantaran banyak muncul portal-portal yang melakukan pungli (pungutan
liar) di wilayah kecamatan Selat, Rendang dan Sidemen. Disampaikan portal-portal liar tersebut menjamur
mulai sekitar 2 minggu lalu yaitu di wilayah Selat menuju Kecamatan Sidemen dan
Rendang, dan dari Kecamatan Sidemen menuju Kabupaten Klungkung. “Kami kesini
untuk melaporkan adanya portal-portal liar (pungutan liar) yang semakin marak di
jalur yang kami lewati yaitu di wilayah Selat, Rendang, dan Sidemen” Ujar Gusti
Agung yang merupakan koordinator para supir truk.
Menurut pria yang sudah puluhan tahun sebagai
sopir truk itu menyampaikan dengan adanya portalatau pungutan liar tersebut maka
sangat memberatkan para supir dimana penghasilan supir terus tersedot oleh
pungutan liar yang mengatasnamakan desa, dadia, banjar, atau panitia
pembangunan pura tersebut. Gusti Agung menyampaikan setidaknya ada puluhan
portal liar (portal baru) yang melakukan pemungutan terhadap para sopir truk
yang melintas di desanya. Agung menyampaikan bahwa para oknum di portal yang
terbuat dari pos kamling tersebut sering memaksa para supir agar memeberikan
uang mulai 3 ribu sampai 5 ribu rupiah. Jika tidak diberi mereka cenderung
galak dan memasang muka masam sehingga membuat perasaan supir menjadi takut
apalagi disinyalir ada portalyang dibeckingi
oleh preman. Gusti Agung menyampikan sekitar 80-90 ribu rupiah uang harus
disediakan untuk memberikan para penjaga di portalliar tersebut.
Sementara itu supir truk yang lain yaitu
Ketut Sudiarta menyampaikan uang pengeluaran untu tempat portal yang baru tersebut
membuat pendapatannya menyusut tajam. Ketut Sudiarta yang berasal dari Dusun
Lusuh, Desa Pering Sari, Kecamatan Selat tersebut menyampaikan bahwa dirinya
selaku buruh yang dipekerjakan sebagai sopir hanya diberi uang bekal dan
transport oleh bossnya senilai Rp.100.000 rupiah. Uang itu sudah termasuk uang
yang harus diberikan kepada portalresmi yang dimiliki pihak desa adat. “Kalau dulu
saya bayar di Desa Sebudi dan di portal Desa Adat Selat saja, sekarang banyak portal
lain-lain muncul, saya makan apa, saya ini buruh, masak uang saya harus dikasi
preman” ujarnya. Pihaknya berharap pihak kepolisian dan pihak terkait membantu
mengatasi masalah yang mereka hadapai dengan menutup portal-portal liar. Jika
tidak juga ditanggapi pihaknya mengaku akan mengumpulkan massa yang lebih besar
menggunakan truk menutup jalan dan berdeontrasi di kantor camat Selat. “Jika
satu minggu laporan kami tidak ada tindak lanjut maka kami akan berdemo ke
kantor camat Selat” ujarnya.
Begitu juga dengan supir yang lain yaitu Kadek
Artanawa menyampaikan di dalam pungutan yang tidak resmi ada yang
mengatasnamakan dadia atau pura tertentu menurutnya tidak dilaksanakan secara
transparan. Artanawa menduga pungutan malah masuk ke kantong-kantong pribadi. “Ada
ratusan truk lewat setiap hari namun mereka (Penjaga fortal) menyetor ke desa cuma
seratus ribu per bulan” ungkapanya. Selain itu, Artanawa menyampaikan ada portal
yang sengaja didirikan dan dibekingi preman tertentu yang jika tidak diberikan (uang
setoran) maka marah-marah dan galak terhadap para sopir. Apalagi ketika di portaltersebut
dijaga oleh 4 sampai 5 orang berbadan besar sehingga sang supir lebih cenderung
meberikan uang agar tidak mencari masalah. “Kami ini tidak ingin ribut dan cari
masalah dengan mereka (preman)” ungkapnya.
Yang disesalkan oleh Gusti Agung, Sudiarta,
dan Artanawa dan puluhan supir truk lainnya adalah munculnya portal-portal liar
yang yang berkedok dana punia namun malah masuk kantong pribadi. Para supir
menyampaikan setidaknya ada 23 pungli yang tidak jelas keberadaannya saat ini
yaitu 11 ada di Kecamatan Selat dan 6 di wilayah Sidemen dan ada 6 di wilayah Rendang.
Para supir berharap portal-portal liar yang melakukan pungli tersebut
ditertibkan.
Sementara itu, Kapolsek Selat, AKP I Nyoman
Sudiarsa menyampaikan bahwa saat ini pihanya baru sebatas menerima laporan para
supir. Pihaknya menerima tiga orang pewakilan yang melapor sementara sopir yang
lainnya disertakan sebagai lampiran. Pihaknya mengaku akan segera melakukan
koordinasi dengan pemerintah di tingkat desa, desa adat, pihak kecamatan,
pemerintah kabupaten, dan melapor ke Polres untuk menindaklanjuti dari laporan
para supir. “Kami akan tindaklanjuti laporan para supir dengan melakukan
koordinasi lebih lanjut” ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar